Fentanyl analgetik opioid

FENTANYL


Fentanyl merupakan opioid agonis turunan fenil iperidin. Potensi analgesiana antara 75-125 kali lebih kuat dibanding morfin. Fentanil bekerja pada talamus, hipotalamus sistem retikuler dan neuron-neuronnya. Dengan demikian rangsang sakit tidak dapat mencapai daerah kortikal. Blokade terhadap rangsang sakit, somatik dan viseral berhubungan dengan blokade fentanyl pada mesenchephalon. Kelarutan dalam lemaknya tinggi sehingga mudah melewati sawar otak. Fentanyl menyebabkan ketergantungan, euforia, perlambatan EKG, miosis, mual dan muntah yang tergantung pada dosis. Tidak menyebabkan pelepasan histamin.

Dosis
IV:
-rendah: 2 mikrogram/kgBB
-sedang: 2-20 mikrogram/kgBB
-tinggi: 20-50 mikrogram/kgBB
Onset
30 detik - 5 menit
Durasi
30-60 menit

Efek pada Sistem Organ
  • Kardiovaskular
Efek terhadap jantung minimal, tekanan darah menurun, laju jantung dapat menurun akibat efek vagal dan depresi nodus SA dan AV. Pemberian atropin sulfat dapat menurunkan kejadian bradikardi, karena itu dianjurkan pemberiannya pada penggunaan dosis tinggi.
Dengan dosis 10 mikrogram/kgBB menurunkan 32% kebutuhan oksigen otot jantung, sehingga menguntungkan pada penderita kerusakan otot jantung dan insufisiensi koroner.
  • Respirasi
Depresi respirasi atau bahkan apnea. Faktor yang mempengaruhi depresi respirasi antara lain dosis, cara pemberian, tingkat kesadaran penderita dan obat-obatan lain yang diberikan.
  • Neuromuskular
Menyebabkan kekakuan otot rangka khususnya otot thorak, abdomen dan ekstremitas terutama pada pemberian intravena cepat. Diduga kekakuan ini karena aktivitas sentral antara lain agonis pada reseptor µ.
  • Sistem Saraf Pusat
Aliran darah otak, kecepatan metabolisme otak, dan tekanan intrakranial menurun, pusing, penglihatan kabur.
  • Gastrointestinal
Mual, emesis, pengosongan lambung terlambat, spasme billiaris. Droperido dapat diberikan untuk menghindari terjadinya rasa mual dan muntah.

Pedoman/Peringatan
  1. Pada pasien yang hemodinamiknya stabil, dapat diberikan fentanyl 2-4 menit sebelum laringoskopi untuk memperlemah respon presor terhadap intubasi. Kebutuhan terhadap obat induksi juga menurun contohnya tiopental
  2. Kurangi dosis pada pasien manula, hipovolemia, pasien beresiko tinggi, dan penggunaan sedatif dan narkotik lainnya. 
  3. Efek narkotik direversi oleh nalokson (0.2-0.4 mg IV atau lebih tinggi). Lama reversi lebih pendek dibanding lama aksi narkotik.
  4. Melintasi sawar plasenta, dan penggunaan pada partus dapat menimbulkan depresi pernafasan pada neonatus. Kemungkinan diperlukan resusitasi, sediakan nalokson.


Sumber:
Omoigui,sota.1997.buku saku obat-obatan anestesia (the anesthesia drugs handbook). Jakarta: egc
Soerasdi,errasmus.2010.buku saku obat-obatan anesthesia sehari-hari. Bandung
Soenarjo dan heru dwi jatmiko.2013.Anestesiologi.Perdatin

Postingan terkait:

    Belum ada tanggapan untuk "Fentanyl analgetik opioid"

    Posting Komentar